Pengalaman ketika melaksanakan penempuhan brevet dan juga pelantikan di pantai lemaring adalah hal yang tidak terlupakan.
Kami berangkat pukul 07.00 dari SMA Islam Watulimo dengan mengendarai sepeda motor, perjalanan menuju Bangkokan kira-kira memakan waktu selama setengah jam atau hampir satu jam.
Sesampainya di Bangkokan kami memarkirkan motor di tempat penitipan. Disana, kami mendapatkan pembekalan dari Kak Murdi selaku Pembina pramuka kami.
Sekitar jam 8, kami diberangkatkan menuju lokasi perkemahan. Hal yang luar biasa karena kami harus membawa barang-barang yang akan digunakan untuk berkemah saat berjalan kaki.
Kesan pertama yang saya dapatkan ketika mulai berjalan adalah, akses jalan yang belum begitu baik mengingat ini adalah jalur yang biasa dilewati oleh orang-orang ketika menuju hutan.
Tak jarang rombongan kami berpapasan dengan beberapa orang yang berangkat atau pulang dari hutan mereka.
Panas matahari, peluh dan rasa lelah yang kami rasakan tidak menyurutkan semangat kami untuk menuju ke lokasi perkemahan, justru semakin berkobar manakala kami melewati jalur lintas yang masih akan dibangun.
Udara sejuk dan pemandangan yang memanjakan mata cukup untuk membuat kami bugar kembali. Meskipun hal ini tidak lama kami rasakan sebab tidak lama kami memasuki area hutan yang jalurnya tidak cukup mudah.
Lagi-lagi mata kami dimanjakan oleh pemandangan hutan yang asri. Perjalanan melelahkan ini kami tempuh kurang lebih satu jam untuk bisa sampai ke hutan lemaring.
Sesampainya disana kami mendirikan tenda, memasak dan melaksanakan survei di pantai lemaring. Meskipun perjalanan menuju pantai Lemaring tidak mudah, bahkan sampai ada yang kelesotan. Tapi semua itu langsung terbayarkan oleh pemandangan pantai yang masih murni. Pasir putih yang lembut, air yang jernih dan bebatuan karang yang menambah keindahan pantai ini.
Pengalaman tak terlupakan lainnya ketika disini adalah, ketika prosesi pelantikan air laut sedang pasang. Ombak cukup besar hingga mencapai bibir pantai. Penuh tantangan untuk bisa mencapai tempat yang sekiranya paling aman, juga butuh usaha lebih untuk dapat bertahan berdiri diatas pasir dengan ombak yang menerjang kuat.
Ketika itu kami sedang membuat ucapan selamat hari pramuka ke-60, kami baru saja ingin membubarkan diri saat ombak begitu kencang menerjang sampai ke tempat sepatu. Dan, lucunya ada satu sepatu milik salah satu anggota Ayudesha yang ikut terbawa hanyut.
Selain itu, pengalaman pulang yang diguyur hujan dan jalan penuh lumpur juga merupakan pengalaman tak terlupakan.
Begitulah cerita singkat dari saya, pengalaman tak terlupakan di lemaring ini.
--------
Oleh : YASINTA NINGRUM
Pradana Dewi Hafshah SMA Islam Watulimo
0 Komentar:
Post a Comment